Buy now

27 C
Semarang
Senin, November 25, 2024
spot_img

Merawat Bahasa Indonesia Lewat UKBI

ilustrasi
foto: dok. lpmmissi.com

Tes kebahasan seperti Test of English as a Forign Language (TOFEL), International English Language Testing System (IELTS), dan Iktibar Miyar Kafaah Al-Arabiyah (IMKA) mungkin sudah biasa kita dengar. Tes-tes ini biasa digunakan sebagai syarat untuk pendaftaran dan kelulusan dari perguruan tinggi atau syarat melamar pekerjaan.

Jika kamu bertanya apakah ada tes kebahasaan untuk bahasa Indonesia semacam TOEFL/IMKA? Jawabannya adalah ada. Tes ini disebut Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). UKBI menguji pemahaman seseorang secara pendengaran, bacaan, menulis, dan berbicara. Selain itu, UKBI juga menguji penerapan kaidah kebahasaan Indonesia.

Yang menjadi pertanyaan adalah, berapa banyak lembaga yang menjadikan hasil UKBI menjadi syarat? Berapa banyak di antara kita yang familier dengan UKBI? Padahal kita menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa utama berkomunikasi secara nasional. Dalam dunia pendidikan pun kita lebih banyak menulis dan berdiskusi akademik menggunakan bahasa Indonesia.

Baca ini juga: 5 Perbedaan PUEBI dengan EYD https://lpmmissi.com/5-perbedaan-puebi-dengan-eyd-edisi-v/

Laman UKBI yang dikelola Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BPPB) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), mencantumkan fungsi tes ini, seperti sebagai bahan evaluasi mutu penggunaan bahasa Indonesia. Fungsi ini bisa jadi menjaga kualitas berbahasa penuturnya agar tidak serampangan dan sesuai dengan tata bahasa yang berlaku.

Memang bahasa tak bisa lepas dari bahasa slang atau bahasa gaul. Tetapi dengan ujian ini setidaknya bahasa gaul bisa digunakan dengan tepat pula. Tidak salah lagi menggunakan “di” untuk menunjukkan tempat atau “di-“ untuk imbuhan kata kerja.

Fasih berbahasa asing dan aktif pun tampaknya mulai menjadi kebanggaan tersendiri saat ini. Setidaknya ada satu kata hingga satu kalimat bahasa asing yang diselipkan ketika berbicara. Bisa jadi ini karena kita gengsi, atau ingin dilihat keren dan pintar.

Saat ini bahkan, ada anak usia sekolah awal yang lebih diajarkan berbahasa asing. Tak hanya itu, beberapa keluarga juga mulai membiasakan komunikasi menggunakan bahasa asing. Sebenarnya tidak masalah, tetapi bukankah peribahasa mengatakan bahwa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung? Jika kita hidup di Indonesia, maka bahasa Indonesialah bahasa nasionalnya.

Kebanyakan orang akan sangat bangga ketika mendapatkan skor TOEFL yang tinggi. Begitu pulalah fungsi UKBI, memupuk rasa bangga bagi para penutur bahasa Indonesia. Menjadi sebuah tamparan jika tes kemampuan berbahasa asing saja kita pernah, tetapi bahasa yang digunakan sehari-hari malah tidak pernah. Lebih tertampar lagi jika apabila hasil tes kemahiran berbahasa asing lebih bagus dibanding tes kemahiran bahasa sendiri.

Begitu miris ketika melihat orang gila-gilaan belajar bahasa asing dengan baik namun meremehkan untuk belajar bahasa yang digunakan sehari-hari. Apakah slogan “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing” gagal? Atau kita yang berkhianat pada Sumpah Pemuda “Kami Putra dan Putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia?”

Skor Minimal UKBI
Selayaknya TOEFL, UKBI juga memiliki klasifikasi hasil yang didapat setelah tes kemahiran bahasa. Jika TOEFL memiliki delapan klasifikasi peringkat kemahiran dan biasanya mahasiswa dituntut untuk mencapai poin 400 atau setara peringkat elementery. Sementara pada UKBI memiliki tujuh klasifikasi peringkat kemahiran dan mahasiswa dituntut poin sebesar 578-680 atau peringkat unggul.

Mengapa mahasiswa perlu memiliki peringkat unggul? Peringkat unggul berdasarkan Pedoman Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia, seseorang yang berada di peringkat ini memiliki kemampuan menganalisis informasi faktual, konseptual, dan prosedural terhadap kehidupan profesional dan keilmiahan tingkat rendah. Selain itu, seseorang berperingkat unggul bisa memahami kaidah bahasa Indonesia yang umum digunakan untuk keperluan keprofesian dan keilmiahan secara cukup baik sehingga mampu mengungkapkan gagasan secara lisan maupun tulisan.

Dalam pedoman tersebut pula menetapkan standar minimal 10 jabatan profesional, yaitu TNI/Polri, manajer, profesional, teknisi/asisten ahli, tenaga tata usaha, tenaga usaha dan jasa penjualan, pekerja terampil, kehutanan, dan perikanan, pekerja pengolahan dan kerajinan, operator dan perakit, dan pekerja kasar.

Mungkin kita memiliki pertanyaan mengapa pekerja kasar seperti buruh, penjaga kebun, dan tenaga kebersihan harus tes UKBI? Pekerja kasar pun seminimalnya memiliki peringkat marginal atau skor 326-404. Peringkat ini setidaknya ia tidak mengalami kendala ketika berkomunikasi hal sederhana di masyarakat.

Namun, ada pula pekerja kasar yang minimal memiliki peringkat semenjana atau skor 405-481 seperti pengasuh bayi dan pramuwisma. Peringkat ini seseorang memiliki kemahiran yang cukup memadai ketika berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Selain itu, tidak mengalami kendala untuk keperluan keprofesian dan kemasyarakatan yang tidak kompleks.

Penyelenggara UKBI
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pengembangan, pembinaan, dan Pelindungan Bahasa dan Sastra serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia dan Permendikbud Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar Kemahiran Berbahasa Indonesia, UKBI dikembangkan oleh BPPB Kemendikbudristek.

UKBI bisa diikuti di lembaga yang sudah menjadi Tempat Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (TUKBI) seperti Balai Bahasa atau Kantor Bahasa di tiap daerah maupun Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri. UKBI mematok biaya Rp 135.000 untuk mahasiswa atau pelajar, Rp 300.000 untuk masyarakat umum, dan Rp 1.000.000 untuk warga negara asing.

Peserta tes UKBI pun akan mendapatkan sertifikat yang tercantum nilai-nilai tiap materi yang diujikan. Sertifikat ini akan diterbitkan BPPB Kemendikbudristek.

Oleh: Muhammad Irfan Habibi

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

[td_block_social_counter twitter="tagdivofficial" youtube="tagdiv" style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjM4IiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" custom_title="Stay Connected" block_template_id="td_block_template_8" f_header_font_family="712" f_header_font_transform="uppercase" f_header_font_weight="500" f_header_font_size="17" border_color="#dd3333" instagram="https://www.instagram.com/lpm_missi/?hl=en"]

terkini