Buy now

32 C
Semarang
Sabtu, April 20, 2024
spot_img

Berawal dari KKN Hingga Berdirinya Bilik Baca

Foto: Lpmmissi.com/ Sekarwati.

Isti’anah Baroroh (21) yang kerap disapa Isti ternyata menuai banyak perhatian di lingkungannya. Bermula dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) mandiri di rumah dari kampusnya Universitas Negeri Semarang (UNNES), Isti membuka jasa les gratis hingga membuat perpustakaan di kediamannya. Rumahnya yang beralamat di Jl. Karya Bakti RT 08 RW 03 Desa Kroya Kecamatan Panguragan Kabupaten Cirebon Jawa Barat, memang tidak terlalu besar untuk bisa menampung siswa-siswanya belajar. Namun siapa sangka perpustakaan mini yang sekarang dinamai dengan Bilik Baca, berjasa bagi ibu-ibu yang kesusahan mengurusi pelajaran anaknya selama pandemi Covid-19.


Obrolan ini kemudian berlanjut via chat WhatsApp. Isti menceritakan awal mula merintis Bilik Baca kepada kru lpmmissi.com. Proses mencari rekan dengan visi yang sama tidak lah mudah, apalagi jika usahanya tidak mendapatkan gaji dari mana pun. Untungnya rekan-rekan dekat Isti yang berjiwa relawan, mau mendukung dan menyukseskan program Bilik Baca, seperti Hidayati mahasiswa jurusan Sejarah Universitas Airlangga (UNAIR), Zakiyah Lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Diploma 1, dan Pipit Daeni yang bekerja di toko kue Yosin.


Terhitung sekitar tiga minggu dari tanggal 9 Juli 2020, Isti memulai pekerjaannya. Mula-mula ia membuka jasa les gratis setiap seminggu dua kali, lambat laun ia membuka layanan setiap hari karena permintaan dari siswa. Selain les, ia juga mengajarkan membaca dari beberapa cerita anak bergambar berupa Document Portable Format (PDF) yang ditampilkan di laptopnya. Ternyata lewat ketidaksengajaan itu menumbuhkan minat baca pada anak-anak.

 “Anak-anak sangat senang sekali, apalagi ketika dibacakan buku cerita bergambar pasti minta setiap hari. Terkadang mereka juga bertanya tentang kosa kata yang belum dipahami, karena memang  sehari-hari mereka menggunakan bahasa Jawa Cirebon. Bahkan para orang tua pun sangat antusias dan sempat menawarkan tarif untuk memprivat anaknya sendiri,” kata perempuan berkulit putih kelahiran 3 Maret 1999, Senin (27/7).

Rumah bercat hijau tua dan putih itu, kini dipenuhi 25 siswa setiap sorenya. Isti memberikan jadwal secara bergilir, yakni dimulai dari jam 16.00-17.30 untuk anak Sekolah Dasar (SD) dan pukul 19.30 untuk anak Sekolah Menengah Pertama (SMP). 


Berbeda dengan Bilik Baca yang dibuka setiap hari. Isti memberikan ruang bebas bagi anak-anak apabila ingin membaca di rumahnya. 

“Kesulitan pasti ada, tergantung tingkatan kelas yang berbeda-beda. Selain itu, kemampuan siswa juga tidak sama. Jadi kita harus benar-benar teliti satu per satu mengawasi belajar siswanya,” terangnya.

Lewat aksi galang buku yang ia dan rekan-rekannya promosikan lewat status WhatsApp, kini sudah terkumpul 41 buku terdiri dari 23 buku belajar menulis, membaca, dan pengetahuan dasar untuk anak Taman Kanak-Kanak (TK) dan SD, 5 buku pelajaran SMP, 5 buku saku pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan matematika, serta 8 novel. 


“Buku didapatkan dari beberapa sumbangan dari RA Sirojul Munir Jekulo Kudus, kemudian dari Munawar Cholil Kudus, terus dari teman-teman terdekat sisaan buku saku mereka waktu sekolah, dan bukuku waktu sekolah dulu. Ini juga akan ada donasi lagi dari orang Brebes, belum tahu dapat berapa,” imbuhnya.

Melihat kondisi desa yang notabenenya memiliki minat baca rendah, lantaran kesadaran terhadap pendidikan yang memiliki pandangan setelah lulus dari SD langsung menikah, menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), atau bekerja menjadi pengepul rongsokan. Isti berharap dapat meningkatkan minat membaca dan istiqamah dalam menjalankan program Bilik Baca.

“Semoga saja nanti mendapat sumbangan tempat di lapangan desa dan terus konsisten dalam meningkatkan minat baca anak-anak,” harapnya. 

Penulis: Sekarwati
Editor: Alifia Elsa Maulida

baca juga

Leave a reply

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Stay Connected

0PengikutMengikuti
3,609PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

terkini