Kegiatan tabur bunga dan doa bersama di landmark UIN Walisongo untuk mahasiswa KKN korban tragedi arus sungai Singorojo (foto: lpmmissi.com/ Ayu)
SEMARANG, LPMMISSI.COM — Landmark Kampus UIN Walisongo berubah menjadi lautan tangis dan duka pada Rabu malam (5/11). Ratusan mahasiswa berdiri menggelar malam berkabung untuk mengenang enam korban meninggal yang terseret arus sungai di Desa Getas, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal, saat melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Di antara gemerlap cahaya lilin, suasana hening mendominasi wajah-wajah muram, mata sembab, dan suara isak tangis yang tak mampu disembunyikan. Satu-persatu teman dan sahabat korban maju silih berganti, berbagi kisah tentang almarhum/ah, memanggil kembali kenangan mereka yang hangat.
Siti Aulia, teman kos Riska Amelia, salah satu korban, mengenang almarhumah yang merupakan anak satu-satunya diharapkan menjadi sarjana.
“Dia kebetulan anak satu-satunya harapan Uminya untuk menjadi sarjana, tapi kita semua percaya kalau orang baik diambilnya lebih cepat,” tuturnya dengan suara bergetar tak mampu menahan tangis.
Iqbal, rekan korban, masih tampak syok saat menceritakan kejadian yang merenggut nyawa teman seperjuangannya.
“Setelah mengajar, mereka mampir untuk bermain air, tidak ada yang mengira akan ada banjir, Labib sedang tiduran dan Syifa tengah berfoto duduk di atas batu,” ucapnya lirih.
Iqbal melanjutkan, “Syifa hanyut terlebih dahulu, tiga orang lainnya mencoba menolong, tetapi naas Syifa terbawa arus dan disusul tiga temen lainnya.”
Suasana yang sudah sendu pecah menjadi kesedihan lebih dalam ketika Iqbal menceritakan momen saat keluarga salah satu korban tiba di posko KKN. Seorang Ibu memanggil nama putrinya dengan suara gemetar.
“Nabila… Dimana anakku?” tuturnya.
Kalimat itu menggema, menembus hati siapapun yang mendengarnya.
Setelahnya, acara dilanjutkan dengan melantunkan doa, agar semua korban mendapatkan tempat terbaik di alam sana.
Di antara malam yang sunyi itu, satu hal yang pasti mereka tidak pergi sendirian. Ada seribu doa yang menyertai, ada seribu hati yang merelakan dengan berat. Mereka tidak hilang mereka kembali kepada Tuhan dalam keadaan terbaik, sedang berbuat kebaikan.
Reporter: Iklila Abdiyatus Sholihah
Editor : Malika Jasmin Fitriani