Berita
๐ ๐ฎ๐ต๐ฎ๐๐ถ๐๐๐ฎ ๐๐๐ธ๐๐ป๐ด ๐ฃ๐ฒ๐ป๐๐ป๐ฑ๐ฎ๐ฎ๐ป ๐ฃ๐ฒ๐บ๐ถ๐น๐, ๐๐ผ๐๐ฒ๐ป ๐๐น๐บ๐ ๐ฃ๐ผ๐น๐ถ๐๐ถ๐ธ: ๐ง๐ถ๐ฑ๐ฎ๐ธ ๐๐ฑ๐ฎ ๐๐ป๐๐ฒ๐น๐ฒ๐ธ๐๐๐ฎ๐น ๐ฑ๐ฎ๐ป ๐ฅ๐ฎ๐๐ถ๐ผ๐ป๐ฎ๐น๐ถ๐๐บ๐ฒ


Foto: doc. lpmmissi.com
SEMARANG, LPMMISSI.COM โ Dosen Ilmu Politik UIN Walisongo, Nur Syamsuddin menuturkan bahwa tidak ada intelektual dan rasionalisme bagi mahasiswa yang mendukung penundaan Pemilihan Umum (Pemilu).
Nur menyayangkan jika mahasiswa sebagai insan intelektual terlibat dalam politik praktis. Menurutnya, mahasiswa boleh menyampaikan pendapat melalui orasi, pidato, dan sebagainya. Tetapi mahasiswa tidak terjebak dalam pencapaian kekuasaan partai atau tokoh politik.
โJadi mahasiswa melakukan sebagai penguat moral. Bukan sesuatu yang ingin dicapai, atau orang lain yang didukung untuk melakukan kekuasaannya. Kalau sudah begitu, mahasiswa terjebak dalam politik praktis,โ ujar Nur, Selasa (8/3).
Selain itu, bukan porsi mahasiswa sebagai kekuatan moral untuk mendukung tokoh politik. Jika mahasiswa terlibat dalam mendukung tokoh politik, menurutnya tidak ada intelektual dan rasionalisme yang dibangun dalam diri mahasiswa.
Nur mengatakan, mahasiswa boleh menyampaikan pendapatnya terkait penundaan pemilu secara akademik.
โMahasiswa masuk diwacana dengan melakukan kajian akademik, tulisan, pidato, orasi, dan sebagainya. Apalagi mahasiswa dapat memberikan solusi,โ ucapnya.
Lebih lanjut, Nur berpesan kepada mahasiswa untuk berpolitik. Namun politik berkebangsaan dan politik etik, bukan politik kekuasaan.
Reporter: Muhammad Irfan Habibi
Editor : Arif Rohman Adianto